JAKARTA - Asisten pelatih Timnas Indonesia, Alex Pastoor, kini menjadi perbincangan hangat di kalangan pengamat sepak bola, terutama di Belanda. Sosoknya disebut-sebut sebagai faktor utama di balik peningkatan performa skuad Garuda, bahkan lebih dominan dibanding pelatih kepala Patrick Kluivert.
Timnas Indonesia baru saja mencatat kemenangan krusial dengan menundukkan Bahrain 1-0 dalam laga di Stadion Utama Gelora Bung Karno. Kemenangan ini menjadi momen penting bagi tim, terutama setelah sebelumnya mereka harus menelan kekalahan telak 5-1 dari Australia dalam laga tandang di Sydney pada 20 Maret 2025.
Namun, alih-alih menyoroti peran Kluivert sebagai pelatih kepala, sejumlah pakar sepak bola justru menilai Alex Pastoor lebih berperan dalam strategi dan pengelolaan tim. Pendapat ini mencuat dari beberapa pakar sepak bola Belanda yang menilai bahwa Pastoor adalah sosok utama dalam skema permainan Timnas Indonesia.
Wouter Bouwman, seorang analis sepak bola asal Belanda, menyatakan bahwa Kluivert seolah hanya menjadi figur resmi, sementara peran pelatih sesungguhnya dipegang oleh Alex Pastoor. "Bisakah kita diam-diam sepakat bahwa Pastoor adalah pelatih Tim Nasional Indonesia? Saya tahu PSSI tidak mengatakannya, tetapi itulah kenyataannya," ujar Bouwman dalam program Voetbalpraat di ESPN NL, dikutip dari Tribunnews.
Komentar serupa datang dari mantan bek Timnas Belanda, Kees Luijckx. Ia menilai bahwa Kluivert memang memiliki pengalaman melatih, tetapi tidak memiliki konsistensi sebagai pelatih kepala. "Kluivert punya pengalaman melatih, tetapi tidak konsisten," kata Luijckx. Ia menegaskan bahwa dirinya tidak bermaksud meremehkan Kluivert, tetapi ia lebih melihatnya sebagai sosok asisten pelatih dibandingkan sebagai pelatih kepala profesional. "Ia seorang pemimpin tanpa kekuatan nyata. Sedangkan Pastoor dan Landzaat adalah orang-orang yang melakukan pelatihan yang sebenarnya," tambahnya.
Pendapat tersebut mendapat dukungan dari pakar sepak bola Belanda lainnya, Marciano Vink dan jurnalis Sjoerd Mossou, yang juga menilai bahwa peran Pastoor dalam tim lebih dominan dibanding Kluivert.
Penilaian ini juga didasarkan pada gestur dan tindakan Kluivert di lapangan. Dalam laga melawan Australia di Sydney, Kluivert terlihat lebih banyak diam di pinggir lapangan, memperbaiki jasnya, dan hanya mengamati jalannya pertandingan. Sebaliknya, Alex Pastoor dan asisten pelatih lainnya, Denny Landzaat, tampak aktif memberikan arahan kepada para pemain di lapangan, berkomunikasi, serta memberi isyarat strategis.
Situasi yang sama kembali terlihat saat Timnas Indonesia menghadapi Bahrain. Alex Pastoor terlihat sangat aktif memberikan instruksi kepada Kluivert dan para pemain, terutama di babak kedua, di mana ia tampak memberikan catatan strategi untuk perubahan permainan dan pergantian pemain.
Dengan kondisi ini, banyak pihak mulai mempertanyakan apakah Kluivert benar-benar memegang kendali sebagai pelatih kepala atau justru hanya berperan sebagai simbol, sementara pengelolaan taktik dan strategi berada di tangan Pastoor.
Perdebatan ini semakin menarik mengingat PSSI belum memberikan pernyataan resmi terkait struktur kepelatihan dalam tim nasional. Namun, jika melihat bagaimana pertandingan berjalan serta bagaimana tim merespons instruksi di lapangan, tidak dapat disangkal bahwa peran Alex Pastoor dalam kesuksesan Timnas Indonesia saat ini sangatlah besar.
Ke depan, tantangan bagi Timnas Indonesia tidak hanya pada laga-laga yang akan datang, tetapi juga dalam memastikan stabilitas kepemimpinan tim. Jika Kluivert tetap menjadi pelatih kepala secara resmi, tetapi keputusan teknis dan strategi lebih banyak diambil oleh Pastoor, maka bisa saja situasi ini menjadi perdebatan yang lebih besar di kemudian hari.
Yang pasti, performa Timnas Indonesia di bawah kepemimpinan Kluivert dan Pastoor akan terus menjadi sorotan, baik dari dalam negeri maupun dari pengamat sepak bola internasional. Sejauh mana peran Alex Pastoor akan terus berkembang dalam tim akan menjadi pertanyaan yang menarik untuk ditunggu jawabannya.