JAKARTA - Kebakaran hutan hebat yang melanda wilayah tenggara Korea Selatan pada Selasa, 25 Maret 2025 telah merenggut sedikitnya 16 nyawa. Insiden ini memicu evakuasi massal ribuan warga dan memaksa pihak berwenang untuk merelokasi hampir 2.600 narapidana dari penjara di Provinsi Gyeongsang. Seiring dengan api yang terus berkobar, banyak wilayah yang hancur, termasuk kuil kuno yang memiliki sejarah lebih dari seribu tahun.
Menurut laporan Kementerian Keamanan Korea Selatan, pada Rabu, 26 Maret 2025 pagi waktu setempat, 12 orang ditemukan tewas dalam kebakaran yang dimulai di Uiseong, sebuah daerah di wilayah tenggara. Sementara empat korban lainnya dilaporkan tewas akibat kebakaran yang terjadi di Sancheong. Banyak dari korban tewas ditemukan dalam kendaraan yang terbalik saat mereka mencoba melarikan diri dari api yang meluas.
“Sejumlah korban tewas adalah orang-orang yang terjebak dalam kendaraan mereka saat berusaha menghindari api. Mereka terjebak dalam kondisi yang sangat berbahaya,” kata pejabat setempat, seperti dikutip dari kantor berita Yonhap.
Evakuasi Massal dan Relokasi Narapidana
Sebagai bagian dari upaya untuk mengurangi dampak kebakaran, otoritas setempat juga mengungsi hampir 2.600 narapidana dari penjara yang terletak di Provinsi Gyeongsang. Para narapidana dipindahkan ke penjara yang lebih aman di Provinsi Gyeongbuk Utara, dengan beberapa di antaranya diangkut menggunakan bus ke penjara yang terletak di Andong.
Pengerahan berbagai sumber daya telah dilakukan untuk menanggulangi kebakaran. Penjabat Presiden Han Duck-soo menegaskan komitmennya untuk mengerahkan helikopter pemadam kebakaran dan personel darat guna memadamkan api. "Kami akan berusaha maksimal untuk memadamkan kebakaran ini secepat mungkin. Semua sumber daya yang tersedia akan digunakan untuk mengatasi bencana ini," ujar Han Duck-soo, dilansir dari kantor berita setempat.
Ancaman Bagi Warga dan Kerusakan Lingkungan
Perkembangan kebakaran ini turut memengaruhi ribuan penduduk yang terpaksa meninggalkan rumah mereka. Beberapa wilayah, terutama yang berada di dekat kota Andong dan Kabupaten Cheongsong, terancam bahaya besar. Sebagai upaya pencegahan, pemerintah daerah telah memobilisasi seluruh sumber daya administrasi untuk memastikan warga dievakuasi dengan cepat ke tempat yang lebih aman.
Kebakaran besar ini bukan hanya menimbulkan kerugian jiwa, tetapi juga menghancurkan lingkungan dan situs bersejarah. Salah satunya adalah kuil Gounsa, sebuah kuil kuno yang dibangun lebih dari seribu tahun lalu pada era Dinasti Silla. Kuil yang terletak di Uiseong ini dilaporkan hancur total pada pukul 16.50 waktu setempat (14.50 WIB) pada Selasa, 25 Maret 2025, meskipun para biksu dan pengunjung yang berada di dalamnya berhasil dievakuasi sebelum api menjangkau bangunan utama.
"Beruntung, kami berhasil menyelamatkan beberapa benda pusaka budaya yang ada di dalam kuil sebelum api melalap semuanya. Ini adalah tragedi besar bagi kami," ujar seorang pejabat setempat.
Peningkatan Risiko Kebakaran
Sementara itu, pihak berwenang memperkirakan bahwa cuaca kering dan angin kencang yang melanda wilayah tenggara Korea Selatan akan terus memperburuk situasi kebakaran. Kondisi tersebut sangat mengkhawatirkan, karena api bisa semakin cepat menyebar ke area lain yang belum terjangkau.
Pemerintah telah memerintahkan Dinas Kehutanan, bekerja sama dengan kementerian pertahanan dan dinas pemadam kebakaran, untuk mengerahkan semua peralatan dan tenaga yang ada guna memadamkan api. "Kami harus bekerja sama lebih erat untuk memastikan keselamatan semua warga, serta mencegah kebakaran ini semakin meluas," kata Han Duck-soo.
Kebakaran yang dimulai pada Sabtu, 22 Maret 2025 di Uiseong belum sepenuhnya berhasil dipadamkan, sementara kebakaran di daerah lain terus menyebar. Dengan adanya ancaman yang semakin meningkat, pemerintah Korea Selatan mengintensifkan upaya untuk melawan api dan meminimalisir kerugian lebih lanjut.
Dampak Sosial dan Ekonomi
Selain dampak kemanusiaan, kebakaran hutan ini juga menimbulkan kerugian besar bagi perekonomian dan infrastruktur di Korea Selatan. Kerusakan yang ditimbulkan oleh kebakaran ini sangat besar, menghancurkan rumah-rumah, kuil-kuil kuno, serta merusak lahan pertanian yang vital. Pemerintah setempat diperkirakan akan menghadapi tantangan besar dalam upaya pemulihan pasca kebakaran, yang bisa memakan waktu lama.
"Kami harus fokus pada pemulihan pasca-bencana setelah api dipadamkan. Pemerintah akan terus memberikan bantuan kepada mereka yang terdampak, baik dari segi tempat tinggal, infrastruktur, dan kesejahteraan masyarakat," tambah Han Duck-soo dalam pernyataan resminya.
Dengan kondisi cuaca yang diperkirakan akan tetap kering dan angin kencang yang masih melanda, pihak berwenang Korea Selatan sedang berusaha keras untuk memastikan kebakaran tidak semakin merambah area lainnya, sementara bantuan dan upaya pemadaman api terus dilakukan tanpa henti.