Indonesia Miliki 333 GW Potensi Energi Terbarukan Layak Finansial, Peluang Investasi Makin Menjanjikan

Rabu, 26 Maret 2025 | 11:47:05 WIB
Indonesia Miliki 333 GW Potensi Energi Terbarukan Layak Finansial, Peluang Investasi Makin Menjanjikan

JAKARTA - Indonesia memiliki peluang besar dalam pengembangan energi baru terbarukan (EBT), dengan potensi proyek energi terbarukan yang layak secara finansial mencapai 333 gigawatt (GW). Hal ini terungkap dalam kajian terbaru dari Institute for Essential Services Reform (IESR) bertajuk Unlocking Indonesia's Renewable Future, yang mengidentifikasi berbagai sumber daya energi terbarukan yang dapat dikembangkan dengan tingkat keuntungan tinggi.

Manajer Program Transformasi Sistem Energi IESR, Deon Arinaldo, mengungkapkan bahwa secara teknis, Indonesia memiliki potensi energi terbarukan lebih dari 3.700 GW. Namun, pemanfaatannya masih jauh dari optimal, terutama untuk Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB).

"Melihat potensi ini, tentu saja ada kontradiksi dengan realitas pemanfaatan energi terbarukan di Indonesia. Namun, temuan ini menunjukkan bahwa kita bisa bergerak lebih cepat dalam memanfaatkan energi terbarukan ini, khususnya PLTS dan PLTB," ujar Deon.

Kajian ini menganalisis proyek energi terbarukan berdasarkan regulasi tarif yang berlaku saat ini, seperti Peraturan Presiden (Perpres) No. 112 Tahun 2022, serta mempertimbangkan infrastruktur jaringan listrik yang ada, seperti gardu induk dan transmisi. Berdasarkan analisis tersebut, ditemukan bahwa 333 GW dari total potensi energi terbarukan di Indonesia layak dikembangkan secara finansial.

Dari jumlah tersebut, sebagian besar terdiri dari PLTB daratan (167 GW), PLTS daratan (165,9 GW), dan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTM) sebesar 0,7 GW. Angka ini diperoleh dari hasil simulasi finansial dan skema kemitraan publik-swasta di lebih dari 1.500 lokasi yang berpotensi secara teknis.

Koordinator Riset Kelompok Data dan Pemodelan IESR, Pintoko Aji, menjelaskan bahwa sekitar 61% dari total potensi tersebut, atau sekitar 205,9 GW, memiliki tingkat pengembalian Equity Internal Rate of Return (EIRR) di atas 10%, yang menunjukkan daya tarik investasi yang menjanjikan bagi para pengembang dan investor.

"Misalnya saja sumber daya minihidro banyak ditemukan di wilayah Sumatera, sementara potensi tenaga angin terbesar ada di Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua. Di sisi lain, energi surya memiliki prospek menjanjikan di wilayah seperti Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Untuk mewujudkan potensi ini, pembangunan infrastruktur pendukung, terutama dalam hal transmisi dan distribusi energi, sangat diperlukan," jelas Pintoko.

Tantangan dan Rekomendasi Kebijakan

Meskipun memiliki potensi besar, pengembangan energi terbarukan di Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan, termasuk keterbatasan infrastruktur dan kendala regulasi. Untuk mengatasi hambatan ini, IESR mendorong pemerintah agar memasukkan alokasi penggunaan lahan untuk energi terbarukan dalam perencanaan tata ruang daerah. Selain itu, proses pengadaan lahan juga perlu disederhanakan guna mengurangi risiko investasi yang sering menjadi kendala utama dalam pengembangan proyek energi terbarukan.

Dari sisi infrastruktur, PT PLN (Persero) diharapkan dapat menyusun perencanaan serta memperluas jaringan transmisi ke lokasi-lokasi yang telah diidentifikasi memiliki potensi energi terbarukan dengan keuntungan tinggi. Reformasi dalam mekanisme pengadaan juga menjadi hal yang krusial agar proyek-proyek energi terbarukan dapat berjalan lebih efisien.

Selain itu, IESR juga menekankan pentingnya menentukan skala prioritas dalam pengembangan energi terbarukan. Para pengembang disarankan untuk lebih memfokuskan investasi pada proyek-proyek dengan potensi keuntungan tinggi, serta mengoptimalkan desain dan perencanaan keuangan untuk memastikan keberlanjutan proyek dalam jangka panjang.

Ketua Pakar Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI), Herman Darnel Ibrahim, menambahkan bahwa energi surya akan berperan penting dalam masa depan energi Indonesia, terutama dalam menghadapi tantangan transisi energi yang semakin mendesak.

"Pengembangan teknologi energi surya saat ini sudah matang dan semakin kompetitif, terutama dibandingkan dengan pembangkit tenaga nuklir maupun gas," kata Herman.

Peluang Investasi dan Target Net Zero Emission

Indonesia telah menetapkan target ambisius untuk mencapai net zero emission (NZE) pada tahun 2060 atau lebih cepat. Sebagai bagian dari upaya tersebut, Indonesia telah menyepakati Just Energy Transition Partnership (JETP) senilai 20 miliar dolar AS pada tahun 2022. Salah satu target utama dari kesepakatan ini adalah mencapai puncak emisi 290 juta ton CO? serta meningkatkan bauran energi terbarukan hingga 34% pada tahun 2030.

Dengan potensi energi terbarukan yang layak secara finansial mencapai 333 GW, peluang investasi di sektor ini semakin terbuka lebar. Para investor, baik dari dalam maupun luar negeri, memiliki kesempatan besar untuk berkontribusi dalam percepatan transisi energi di Indonesia.

Namun, keberhasilan pengembangan energi terbarukan tetap bergantung pada dukungan kebijakan yang tepat serta koordinasi antara pemerintah, pelaku industri, dan lembaga keuangan. Dengan langkah yang tepat, Indonesia tidak hanya dapat mencapai target net zero emission, tetapi juga memastikan ketersediaan energi bersih dan berkelanjutan bagi masa depan.

Terkini